Wajar dong ya kalo kita ngefans sama penyanyi, aktor, atau public figure yang kita anggap keren? Malahan jadi fangirl tuh udah kayak bagian dari masa muda kita, ya nggak sih? Tapi kita harus mulai hati-hati lho guys kalo ternyata rasa suka kita ke selebriti udah mengarah ke obsesi. Terobsesi pada apapun atau siapapun sebenernya nggak baik, termasuk obsesi pada idola. Nah, sejauh apa sih kita boleh mengagumi selebriti dan apakah rasa suka kita terhadap mereka udah termasuk kategori obsesi? Yuk cari tau lebih lanjut!
OBSESSED FAN CASES
First of all, let’s learn from the worst case. Obsesi terhadap selebriti bisa ngebuat kita melakukan hal-hal yang nggak rasional, bahkan membahayakan sang idola dan diri kita sendiri. Ada banyak banget kasus nggak mengenakkan yang pernah terjadi gara-gara obsesi fans terhadap idolanya, misalnya aja tiga kasus di bawah ini:
ANCAMAN BOM BUAT A-PINK
Fans k-pop mungkin udah tau kalo sepanjang tahun 2017 lalu keenam member A-Pink berkali-kali dapet ancaman bom yang juga jadi alesan dibatailnnya banyak acara mereka. Dikutip dari Soompi, Eunji dkk dikabarin dapet lebih dari 30 ancaman bom dan telepon hanya dalam waktu enam bulan. Ancaman terakhir bahkan baru-baru ini terjadi, tepatnya pada 6 Januari 2018 lalu yang membuat A-Pink membatalkan fansign mereka. Setelah ditelusuri polisi, tersangka ternyata adalah cowok berusia 31 tahun berkebangsaan Korea-Amerika yang tinggal di Kanada. Berdasarkan wawancaranya dengan sebuah media online, dia mengaku sebagai fans berat A-Pink yang merasa kecewa setelah melihat idolanya tampil di dating show. Seremnya lagi, orang ini belum ketangkep sampe sekarang.
#CUT4ZAYN
Sebelum akhirnya One Direction mutusin buat hiatus panjang/bubar, kabar keluarnya Zayn Malik pastinya menyedihkan banget buat para Directioners. Dikutip dari Cosmopolitan, hashtag #Cut4Zayn sempet beredar di Twitter ketika pacar Gigi Hadid ini mutusin buat ninggalin keempat membernya pada tahun 2015 lalu – encouraging young fans to self-harm. Foto-foto tangan yang udah disakiti dengan silet beredar dan walaupun katanya kebanyakannya adalah photoshop/hoax, tapi hashtag tersebut tetep aja mempromosikan self-harm dan bisa bener-bener mendorong seseorang untuk melakukannya. Kasus serupa di mana fans dikabarin menyakiti dirinya sendiri karena selebriti yang jadi idolanya juga udah beberapa kali terjadi, misalnya aja hashtag #CuttingForBieber yang pernah beredar di Twitter juga sebelumnya.
PEMBUNUHAN JOHN LENNON
Kalo ngomongin kejadian yang ngelibatin fans obsesif, kayaknya kasus pembunuhan John Lennon bisa dibilang yang paling tragis. Vokalis band legendaris The Beatles ini meninggal pada 8 Desember 1980 setelah ditembak oleh Mark David Chapman. Menurut Wikipedia, Chapman dulunya adalah fans berat Lennon, tapi rasa sukanya tersebut berubah jadi kebencian setelah idolanya ini ngeluarin komen di tahun 1966 kalo “that the Beatles were “more popular than Jesus.” Menurutnya hidup Lennon juga kontradiktif, karena di satu sisi menyerukan no possession dalam lagu-lagunya, tapi juga memiliki kekayaan yang berlimpah ruah. Setelah merencanakannya selama tiga bulan, Chapman akhirnya membunuh suami Yoko Ono ini. Karena perbuatannya, dia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atau seumur hidup dan sejak saat itu permohonan bebas bersyaratnya selalu ditolak.
CELEBRITY WORSHIP SYNDROME
Ternyata obsesi berlebih yang dirasaiin fans terhadap idolanya tuh biasa dikenal dengan sebutan Celebrity Worship Syndrom (CWS). Oke, kasus-kasus di atas mungkin adalah contoh ekstrimnya, tapi obsesi terhadap selebriti ini mungkin banget terjadi pada kita juga lho. Dikutip dari Psychology Today, Dr. John Maltby mengidentifikasi tiga dimensi CWS sebagai berikut:
- ENTERTAINMENT-SOCIAL: Entertainment-social adalah dimensi obsesi terendah, di mana kita tertarik sama selebriti karena kemampuan mereka untuk menghibur dan jadi fokus utama pembicaraan kita. Tanda-tandanya kita bakal merasa senang dan bersemangat banget ketika ngomongin idola yang jadi pujaan kita ini.
- INTENSE PERSONAL: Instense personal adalah dimensi obsesi menengah, di mana kita merasa punya hubungan pribadi yang intens dengan selebriti. Misalnya aja kita merasa punya ikatan spesial dengan idola kita yang nggak bisa dideskripsikan oleh kata-kata, atau ketika sesuatu yang buruk terjadi pada idola kita, kita merasa seolah-olah hal tersebut juga terjadi pada kita.
- BORDERLINE PATHOLOGICAL: Dimensi terakhir inilah yang harus kita waspadai guys, di mana kita udah nggak bisa mengontrol lagi sikap dan fantasi kita yang berkaitan dengan selebriti tersebut. Khayalan ini jadi bagian besar dalam hidup kita dan tanpa kita mau, kita bakal terus-terusan mikirin idola kita ini. Kita rela melakukan apapun demi mereka, bahkan merasa kalo selebriti ini adalah milik kita. Duh.
WHEN IS ENOUGH, ENOUGH?
Di antara tiga dimensi di atas, kalian termasuk ke dalam dimensi yang mana guys? Coba yuk evaluasi diri apakah rasa suka kita terhadap selebriti udah berlebihan. Pendapat Gogirl! sih, selama rasa suka kita terhadap selebriti membawa dampak positif buat kita, misalnya aja mengidolakan mereka menginspirasi kita buat punya mimpi juga atau nonton video-video mereka sekedar membuat kita yang lagi sedih jadi seneng lagi, it’s totally okay kok! Tapi ada juga batasan-batasannya:
- Ketika ngefans sama selebriti udah take over most of of our time dan jadi mengganggu aspek-aspek kehidupan kita lainnya, misalnya aja kebanyakan fangirling membuat kita jadi lupa belajar dan akhirnya nilai kita jelek, baiknya pikirin lagi deh dampak rasa suka kita terhadap mereka;
- Mengidolakan seorang selebriti harusnya membuat kita merasa seneng, bukan sedih atau marah. Ketika kabar idola kita pacaran sama orang lain membuat kita nangis berhari-hari karena merasa dikhianati, kayaknya rasa suka kita udah mulai berlebihan deh.. jangan sampai kita jadi fans delusional lho. Inget kalo selebriti juga manusia dan mereka punya hak untuk melakukan apapun yang mereka mau;
- Ketika mengidolakan selebriti malah mendorong kita buat melakukan hal-hal nggak baik kayak membenci selebriti lain, ikut ninggalin hate comment, atau bahkan mungkin terlibat fanwar dan jadi berantem sama sesama temen, berarti ngefans kita udah nggak sehat guys.. kedengerannya sepele ya? Tapi berarti rasa suka kita ini udah membawa dampak negatif lho, ya nggak?;
- If this celebrity is the reason we live, then there’s a problem. Apa lagi kalo mengidolakan selebriti sampe ngebuat kita nekat melakukan hal-hal nggak rasional, bahkan membahayakan diri kita sendiri dan orang lain. Misalnya aja membuat kita jadi stalker, nyakitin diri sendiri, atau kayak contoh-contoh ekstrim yang disebutin di atas, then maybe we need help.
Intinya sih segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, termasuk rasa suka kita terhadap selebriti. So, know the boundaries ya guys