Bandung Lautan Api
Pasukan Sekutu memasuki Kota Bandung pada bulan Oktober 1945. Di Bandung, Sekutu juga bersikap sewenang-wenang dengan mengeluarkan ancaman agar orang-orang Bandung menyerahkan senjata hasil lucutan dari tentara Jepang. Selain itu juga, Sekutu meminta pihak pejuang dan rakyat meninggalkan kota Bandung. dengan alasan penjagaan keamanan. Ultimatum itu tidak dihiraukan oleh para pejuang sehingga sering terjadi bentrokan dengan pihak Sekutu. Kota Bandung pun kemudian dibagi dua menjadi bagian utara dan selatan yang dibatasi oleh rel kereta api.
Setelah ultimatum pertama tidak dihiraukan. Datang ultimatum yang kedua pada tanggal 23 Maret 1946. Isinya meminta segera mengosongkan seluruh Kota Bandung. Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta memerintahkan agar ultimatum kedua dipatuhi oleh masyarakat Bandung.
Akhirnya, para pejuang yang tergabung dalam TRI (Tentara Republik Indonesia) di Bandung dengan berat hati meninggalkan Kota Bandung menuju arah selatan, yakni ke Baleendah, Dayeuhkolot, Soreang dan daerah lain di sekitarnya. Sebelum meninggalkan Kota Bandung, pejuang-pejuang Republik melancarkan serangan umum ke arah posisi Sekutu di Bandung Utara. Pada tanggal 24 Maret 1946, mereka membakar semua bangunan dan barang yang ada di Kota Bandung bagian selatan. Mereka tidak rela jika Bandung yang sangat mereka bela dan cintai diduduki dan dikuasai oleh Sekutu secara utuh. Lebih baik dibakar sampai habis daripada harus dikuasai musuh.
Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 21 November 1945. Pecahnya pertempuran ini bermula dari tindakan Sekutu dan NICA yang membebaskan interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa tanpa berunding terlebih dahulu dengan pihak republik. Rakyat Indonesia sebenarnya tidak menyangka akan hal itu. Ketika datang ke Semarang tanggal 20 Oktober 1945, tujuan Sekutu adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang ada di sana.
Pembebasan interniran itu dinilai sewenang-wenang. Oleh karena itu terjadilah bentrokan senjata antara pihak republik dan Sekutu di Magelang yang meluas menjadi pertempuran. Pertempuran ini kemudian dikenal dengan Pertempuran Ambarawa.
Pertempuran melawan Sekutu tersebut banyak menelan korban jiwa, salah satunya adalah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Gugurnya komandan ini secara tidak langsung mendorong Panglima Divisi Banyumas, Kolonel Soedirman untuk turun ke medan pertempuran di Ambarawa dan membawa semangat baru di antara pejuang.
Pada tanggal 12 Desember 1945, para pejuang kembali menyerang Sekutu secara serempak pada waktu yang bersamaan. Pertempuran berlangsung selama empat hari, pasukan Sekutu yang merupakan tentara Inggris akhirnya dapat diusir dari Ambarawa.
Pertempuran Medan Area
Sumatra Utara adalah daerah yang terlambat menerima informasi tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Teuku Mohammad Hasan yang diangkat menjadi gubernur menyampaikan kabar gembira itu pada tanggal 27 Agustus 1945. Atas perintah pemerintah pusat di Jakarta, beliau menegakkan kedaulatan republik di Sumatra.
Sebelum Sekutu tiba di sana, sekelompok komando Belanda yang dipimpin oleh Westerling telah tiba. Baru kemudian, tanggal 9 Oktober 1945 Sekutu (tentara Inggris atau Gurkha) tiba di Medan dengan membonceng tentara Belanda dan NICA. Melihat gelagat yang kurang baik, para pemuda di sana segera membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Perkiraan para pemuda itu ternyata benar. Pertempuran pun pecah pada tanggal 13 Oktober 1945. Pertempuran ini merupakan awal dari perjuangan bersenjata bagi rakyat di Medan. Pertempuran ini di kenal dengan nama Pertempuran Medan Area.
Bentrokan antara rakyat Indonesia dengan Belanda kemudian menjalar ke seluruh Kota Medan. Karena sering terjadi bentrokan, Sekutu seperti biasanya mengeluarkan ultimatum yang tidak berarti. Isi ultimatum tersebut adalah melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus diserahkan kepada Sekutu.
Pertempuran dengan tentara Sekutu pun tidak dapat dihindari lagi. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu melancarkan serangan besar-besaran dengan melibatkan pesawat-pesawat tempurnya. Banyak korban jiwa berjatuhan di kedua belah pihak.
Perjuangan rakyat Indonesia melawan kekuatan asing dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dilakukan hampir di seluruh kota di Indonesia. Mereka bahu-membahu mengusir Belanda yang dibantu Sekutu untuk menguasai kembali tanah airnya.