Di dalam Al-Quran banyak disebutkan berbagai macam tumbuhan, termasuk tumbuhan yang dapat dimakan dan digunakan dalam pengobatan, seperti jahe yang digunakan untuk obat batuk, delima untuk obat peradangan usus, pisang untuk obat diare, dan masih banyak lagi.
Tumbuhan-tumbuhan tersebut telah menarik perhatian para ahli botani, biokimia, dan farmakognosi (spesialis obat alami). Mereka semua tertarik untuk menemukan manfaat dan efek peningkatan kesehatan, serta sifat aktif yang dimiliki tumbuhan-tumbuhan tersebut.
Tumbuhan menghasilkan biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-sayuran yang digunakan sebagai makanan manusia. Selain itu, tumbuhan juga digunakan sebagai hiasan dan obat dalam ilmu medis. Al-Quran merupakan buku referensi terbaik yang menjelaskan pentingnya tumbuhan untuk pengobatan beberapa penyakit dalam berbagai surat.
Penyembuhan suatu penyakit melalui tumbuhan obat selalu menjadi fitur menonjol dalam pengajaran Islam. Pengobatan Islami sudah dimulai sejak Nabi Adam AS dan selesai pada Nabi Muhammad SAW, tetapi penelitian dan pengumpulan obat-obat tersebut masih berlanjut sampai sekarang di seluruh dunia.
Obat Herbal dalam Al-Quran
Obat herbal menjadi alternatif pilihan sebagian besar orang ketika mengobati penyakit. Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan, semasa hidupnya kerap mengonsumsi obat herbal.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
عن جابر بن عبد االله لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بـَرَأَ بِإِذْنِ االلهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Beberapa hadits ini menegaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Tugas kita sebagai manusia adalah berikhtiar mencari obat yang cocok untuk kesembuhan.
Diambil dari beberapa literatur, ada banyak obat alami yang disebutkan dalam Al-Quran sekaligus sudah teruji dalam sains. Berikut ini beberapa contohnya:
1. Madu
Madu mengandung berbagai senyawa antioksidan seperti flavonoid dan asam fenolat, yang membantu melawan radikal bebas dan perlindungan terhadap sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif.
Madu juga mengandung vitamin dan mineral seperti vitamin B kompleks, vitamin C, kalsium, magnesium, potassium, dan fosfor, yang penting untuk kesehatan tulang, otot, dan sistem kekebalan tubuh.
Madu disebut dalam beberapa ayat Al-Qur’an, salah satunya dalam surat An-Nahl ayat 68-69. Dalam ayat ini madu disebut sebagai minuman yang menyembuhkan.
Surat An-Nahl Ayat 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحْلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
2. Kurma
Buah kurma disebutkan dalam Al-Quran dalam Surat Ar-Raad ayat 4, Surat An-Nahl ayat 11, dan Surat Al-Mu’minun ayat 19. Sebagai makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun, kurma memiliki berbagai manfaat obat dalam pencegahan penyakit. Kandungan dalam kurma dapat mencegah penyakit melalui aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri.
Senyawa fenolik seperti asam p-kumarat, asam ferulat, sinapinat, flavonoid, dan prosianidin berperan dalam aktivitas antioksidan dan antiinflamasi yang ditemukan dalam kurma.
Penelitian menunjukkan bahwa kurma mengandung glikosida flavonoid seperti luteolin, quercetin, dan apigenin pada berbagai tingkat kematangannya, yang memberikan manfaat kesehatan. Flavonoid dan fenol pada kurma telah terbukti memiliki pengaruh signifikan dalam pengendalian kanker melalui regulasi jalur genetik tanpa efek samping yang berarti .
Sifat antibakteri pada kurma terbukti melalui studi yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan aseton dari daun dan biji kurma dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri, termasuk F. oxysporum, Fusarium sp., F. solani, A. alternata, dan Alternaria sp.. Selain itu, ekstrak kurma juga memiliki efek antibakteri terhadap E. fecalis, yang menunjukkan potensi penggunaannya dalam pengobatan penyakit pencernaan.
3. Habbatusauda
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa habbatussauda dapat menyembuhkan berbagai penyakit, kecuali kematian.
Dari ‘Aisyah, Nabi Muhammad bersabda, “Sungguh dalam habbatussauda itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” Aisyah pun bertanya, “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian.” (HR Bukhari).
Habbatussauda digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan, dan memiliki efek positif pada kesehatan secara keseluruhan.
Dilansir dari laman NU (17/2/2023) habbatusauda terbukti memiliki banyak manfaat. Direktur Institut Immonologi pada Universitas Munich, G Reitmuller, mengatakan, jintan hitam dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dalam habbatussauda terkandung asam linoleat (omega 6) dan asam linoleat (omega 3).
4. Minyak Zaitun
Imam Al-Qurtubi mengatakan zaitun memiliki banyak manfaat terutama dalam bentuk ekstrak minyak. Minyak zaitun bermanfaat untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit seperti kanker perut, penyakit kulit, kanker rahim dan lain sebagainya.
Minyak zaitun terkenal karena kandungan antioksidannya yang tinggi dan digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan berbagai kondisi kulit dan penyakit lainnya.
Dalam Al-Qur’an, buah zaitun disebutkan sebagai buah yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nur ayat 35.
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
5. Jahe
Senyawa aktif yang terdapat dalam jahe antara lain gingerol, shogaol, paradol, dan zingerone. Gingerol, terutama gingerol, merupakan senyawa utama yang bertanggung jawab atas aktivitas farmakologis jahe. Penelitian menunjukkan bahwa gingerol memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatan kanker.
Gingerol juga memiliki efek antiproliferatif, antitumor, antiinvasif, dan antiinflamasi terhadap penyakit kronis dan kanker, serta menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Jahe disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai minuman yang ada di surga, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al Insan ayat 17:
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا
Artinya: Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.
Jahe memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Jahe juga kerap dijadikan rempah dalam obat herbal untuk mengobati ataupun mencegah berbagai penyakit.
Pengobatan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dikenal dengan istilah “thibbun nabawi“. Ini merujuk pada segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan kedokteran, baik untuk pencegahan penyakit atau pengobatan.
Herbal dan Farmasi
PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) pafikabacehutara.org sebagai organisasi yang mengawasi peredaran obat mengakui bahwa obat tradisional memiliki potensi besar dalam memberikan manfaat kesehatan kepada masyarakat, terutama dalam pengobatan penyakit ringan hingga sedang.
Namun demikian, mereka juga menyadari pentingnya mengimplementasikan standar yang jelas terkait kualitas, keamanan, dan efektivitas obat tradisional ini.
PAFI secara aktif terlibat dalam mengadvokasi regulasi yang lebih ketat terhadap obat tradisional, termasuk dalam hal registrasi, produksi, distribusi, dan penggunaannya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa obat tradisional yang dikonsumsi masyarakat memenuhi standar keamanan dan efektivitas yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan, seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).
Dengan demikian, PAFI berperan penting dalam menjembatani antara kearifan lokal dalam penggunaan obat tradisional dengan kebutuhan akan perlindungan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Melalui upaya ini, diharapkan obat tradisional dapat tetap menjadi pilihan yang aman dan terpercaya bagi masyarakat Indonesia.
Sebagai ahli kesehatan, farmasis bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat herbal dengan benar. Ini mencakup informasi tentang dosis yang tepat, potensi efek samping, dan tindakan pencegahan yang perlu diambil.
Referensi:
- detik.com
- pafikabacehutara.org
- Jurnal UPI